Jumat, 06 Maret 2015

CERITA DARI PUNCAK TALUNG DAN LEMBAH RAMMA DI BAWAKARAENG

         Ini adalah perjalanan saya yang ke tiga kalinya ke Lembah Ramma, sebuah lembah di Gunung Bawakaraeng, yang terletak di kab. Gowa-Sulsel. Rencana ke lembah ramma berawal dari kemauan dan desakan salah satu teman. Dia sangat tertarik untuk kesana, setelah sebelumnya melihat foto-foto saya di lembah ramma. Kitapun langsung berdiskusi dan diputuskan tanggal 20 februari 2015 akan jalan. Kami juga mencoba mengajak teman-teman lain yang mau ikut. Hasilnya sekitar 5 orang yang mau jalan dan mereka semua baru pertama kalinya ke ramma. Saya dipercayakan untuk mengatur semua persiapan dan perlengkapan dengan dalil sebagai orang yang sudah pernah menginjakan kaki disana.
 

   Saat mendekati harinya dan semua perlengkapan sudah siap, saya hubungi mereka semua. namun hasilnya nihil. Satupun dari mereka tidak ada yang merespon. SMS tidak dibalas, telfon tidak diangkat dan tak ada kepastian dari semuanya. Dari pada kecewa sendiri dan semua usaha sia-sia, maka saya coba hubungi teman saya yang lain. Akhirnya saya dapatkan 2 orang yang mau jalan, tapi waktunya di undur seminggu kemudian dengan alasan mereka juga butuh persiapan pribadi dan barangkali masih ada teman juga yang mau ikut. Sambil menunggu waktu, ada tambahan lagi 2 orang teman, totalnya adalah 5 orang lagi yang mau ikut. malam sebelum berangkat, salah satu teman tidak jadi, alasannya klasik karna ada urusan di kampus. dan paginya ketika hendak berangkat satu orang lagi yang mundur dengan alasan mengalami kecelakaan kecil di jalan.

         Jam 09;45 kami yang tersisa bertiga berangkat dari makassar menuju Lembana, di Malino-Gowa. Lembana adalah sebuah perkampungan dikaki Gunung Bawakaraeng. Disanalah biasanya jadi basecamp para pendaki yang hendak ke bawakaraeng. Pukul 12;00 kami tiba di Malino. kamipun beristrahat sambil menunggu shalat jum'at dan membeli sayur untuk ransum. pukul 13;30 kami lanjutkan perjalanan dan 20 menit kemudian tiba di Lembana. saya tiba duluan dari teman yang 2 orang dan langsung menuju ke rumah Tata Rasi. Disana masyarakatnya sangat ramah dan rumah Tata Rasi sudah tidak asing lagi di telinga para pendaki. sambil menunggu teman, saya pun bercerita dengan istri Tata Rasi. 30 menit kemudian teman saya datang. Pukul 14.30 kamipun berangkat menuju lembah ramma. 

Titik awal Pendakian

         ketika perjalanan menuju hutan pinus, kami sempat bingung karna ada beberapa jalur dan harus melewati perkebunan sayur milik penduduk. Candaanpun meluncur, belum mendaki kok sudah nyasar, hehehehehe. Sesampai dihutan pinus kami bersitrahat untuk berdoa dan berfoto. Disinilah titik awal pendakiannya. kami memulai perjalanan menuju posko 1 bawakaraeng dengan melewati hutan pinus dan sedikit mendaki. dalam perjalanan kami sempat beristirahat dan bertemu beberapa pendaki yang hendak ke puncak bawakaraeng. setiba di posko 1 kami langsung mengambil jalur ke ramma. disini juga kita akan temui percabangan menuju puncak bawakaraeng.

         Setelah beberapa menit berjalan kamipun tiba di sungai 1. kami berfoto dan melanjutkan perjalan menuju sungai 2. Saat meninggalkan sungai 2, Keseleo saya kambuh lagi dan saya pun menyuruh teman-teman untuk jalan duluan. Sementara saya akan berjalan pelan dari belakang dengan ditopang tongkat kayu sampai di sungai 3. Kaki saya semakin sakit ketika menuju sungai 4 padahal untuk mencapainya harus melewati penurunan dan pendakian yang cukup terjal. Oh Tuhan kenapa sakit ini datang ketika dipendakian, gumam saya dalam hati.
       


         Di sungai 4 kami mengisi semua perbekalan air minum karna rencana akan bermalam di talung dan disana tidak ada sumber air. pukul 17:30 kami tiba di puncak talung. Tiba-tiba sakit kaki saya hilang manakala melihat pemandangan dari puncak Talung. Kami langsung berpose dengan latar kabut putih yang begitu mempesona. Disini, kami bertemu dengan sispala Malino dan sempat foto bersama sebelum mereka turun ke lembah. puas berfoto, kamipun membangun tenda dan menyiapkan makanan malam. Kami sempat saling memijat dan bercanda ria. Inilah manfaat mendaki bersam teman, selain bisa saling menyemangati dan menghibur, kita juga bisa saling memijat ketika ada yang kecapean atau kesakitan.



           Waktu sudah menunjukan Pukul 20;00 dan rasa kantuk mulai bertandang. Akhirnya kami masuk ke tenda dan selanjutnya tidur. Ini adalah rekor tidur tercepat saya. Mungkin karna udara yang begitu dingin atau karna kecapean setelah seharian menempuh perjalanan jauh, atau mungkin juga dua-duanya. Entahlah yang mana, tapi yang pastinya malam itu kami semua sepakat untuk langsung tidur. Sangat berbeda dengan keadaan kami di Makassar yang mampu bertahan untuk begadang hingga pagi hari.      
          Pukul 23:00 saya terbangun karna mendengar suara ribut di luar tenda. sayapun keluar unutk mencari asal suara-suara itu. ternyata disekitar sudah banyak tenda yang terpasang. malam terasa sangat dingin sementara langit begitu cerah dengan bintang-bintangnya. Di Puncak Talung kita bisa menyaksikan kerlap-kerlip lampu kota Makassar dari ketinggian 1675 mdpl.  Sungguh pemandangan yang cukup langkah. keindahan itu kian sempurna dengan sinar Bulan setengah purnama tepat diatas kota. Saya memilih untuk tidak mengambil gambar, karna keindahan tanpa gambar selalu menyisakan rindu untuk dikunjungi lagi.
         Ditengah kesendirian menikamati keindahan, tiba-tiba datang salah satu teman menghampiri, dan yang satunya lagi masih tertidur pulas. Dia terbangun dengan alasan yang sama dengan saya. kami bercerita tentang rencana-rencana kecil di masa depan. Tak lupa pula menyelipkan candaan dibalik cerita-cerita itu. Pukul 03;00 kami masuk tenda untuk melanjutkan tidur dengan barharap bisa memimpikan bidadari dari puncak Talung.

          
       
             Paginya kami terbangun dengan kondisi yang sedikit fit. Saya coba membuka tenda dan alangkah kagetnya ketika melihat 3 orang gadis sedang duduk bersaf tepat mengahadap tenda kami. Mungkin dalam mimpi bidadari itu tidak bertamu, tapi dalam kenyataanya mereka datang. Sayapun langsung menutup tenda. Kami hanya bisa melirik dari dalam karena tidak berani untuk keluar. Alasanya, kami malu jika nanti mereka melihat muka kami yang masih meninggalkan bekas kantuk. Mereka adalah gadis-gadis manis bersama malaiktanya yang sibuk membangun tenda dan mengumpulkan kayu untuk membuat api unggun. Dari benderanya bisa diketahui kalau mereka adalah anggota PMI yang baru tiba pagi ini.

          Kami mencoba mengambil bekas embun dibalik tenda dan melapkanya dimuka seperti gaya tayamum. tapi hanya dimuka saja. Setelah merasa sedikit segar, kami keluar untuk menyiapkan kopi dan tentu juga untuk menyapa bidadari dipagi itu. Tidak lama kemudian kopipun jadi dan kami berjalan sedikit meninggalkan tenda untuk menanti Sunrise. Ditengah penantian kami bercerita dengan pendaki lainnya yang katanya ingin ke puncak namun terpaksa batal karna kondisi temanya yang tidak bisa melanjutkan perjalanan. Sebentar lagi Surya akan muncul dari balik bukit dan semua bergegas untuk mengabadikan momen itu. Memang pagi ini sangat cerah, sehingga mentari pagi bisa terlihat jelas, Tapi bagi saya panorama sore kemarin masih lebih indah karna matahari meninggalkan secercah cahaya jingga di balik kabut putih nan dingin. Kamipun tidak begitu lama berpose, mengingat baterai kamera sudah memberikan isyarat akan low. selepas itu, kami kembali ke tenda untuk Packing dan melanjutkan perjalanan.

                   



          Pukul 09:30 kami sudah siap meningglakn Talung dan menuju Lembah Ramma. Untuk kesana, ada tiga jalur yang biasa dilewati, jalur pertama medannya cukup terjal dan biasa ditempuh oleh mereka yang sudah berpengalaman. jalur kedua, tidak terlalu terjal. jalur ini biasa saya lewati. jalur ketiga adalah jalur paling aman, tapi cukup panjang. jalur inilah yang kami pilih, mengingat 2 orang dari kami mengalami sedikit cedera. ada yang bilang kalau jalur ini adalah jalur sapi dan manusia bukanlah sapi, tapi kami tak peduli. Kami beranggapan bahwa kita ke Ramma bukan untuk gagah-gagahan dan pulang dengan keadaan baik-baik saja adalah tujuan akhir perjalanan.

               perjalanan kali ini, saya mencoba untuk tidak memakai kayu dan kerel biru masih terpasang manis di pundak. kali ini, saya coba memaksa kaki untuk tetap melangkah meskipun sakitnya masih sering mengintai. Kami tiba di tujuan kurang dari satu jam. kamipun langsung mencari tempat yang bagus untuk camp dan menyiapkan makanan. setelah semua beres, kami memilih untuk istrahat siang. dua teman saya memilih tidur dalam tenda, sedangkan saya menggelar matras di bawah pohon rindang samping tenda. udara dingin bersama angin sepoi-sepoi dibawah pohon rindang cukup cepat membawa saya ke alam mimpi. belum terasa nyenyaknya tidur, tiba-tiba terasa ada yang menggigit kaki kanan say. dengan respek cepat kaki kiri saya langsung menendangnya. teryata yag menggigit kaki saya adalah kuda. ya, di Lembah Ramma memang ada kuda dan beberapa ekor sapi yang digembalakan oleh Tata Mandong. Beliau adalah juru kunci Gn, Bawakaraeng.

        setelah insiden tersebut, saya coba melanjutkan tidur di dalam tenda tapi malangnya tidak terlelap. sayapun kembali keluar dan berharap tendangan refleks tadi bisa membuat kuda itu kapok dan tidak mengganggu lagi. Diluar tenda memang terasa lebih enak tidur dan saya ternyenyak hingga pukul 15;00. Sore ini saya ingin mengexplore Lembah Ramma dan mengunjungi Tata Mandong. untuk itu saya pamitan dan pergi mandi sekaligus buang hajat. sepulang ke tenda, ternyata teman-teman juga tidak ada. mereka pergi mencari momen indah untuk mengabadikan gambar. ah, sayang mereka pergi tanpa mengajak saya. ketika kembali, mereka pun menunjukan hasil jelajahnya. ternyata mereka hanya berjalan beberpa meter ke arah bukit yang tidak jauh dari tenda. sayang mereka tidak menjelajah lebih jauh. sore itu kami habiskan dengan duduk manis diatas batu sambil memandang orang-orang yang berlalu-lalang.


          Malam harinya, kami menyalakan api unggun dari kayu kering yang dikumpulkan sore tadi.  tak lupa pula segelas kopi untuk menemani obrolan. kami gantian bercerita dan bercanda, hingga tak sadar waktu sudah menunjukan pukul 01;00 dini hari dan hari ini tanggal 1 maret. seorang teman melempar candaan, bahwa kami disini selama satu bulan. perginya bulan februari dan pulang bulan maret.  kedua teman langsung menuju tenda, sementara saya masih bertahan di luar. malam minggu ini saya masih ingin meleawati dingin dengan memandang aneka warna lampu yang terus menuruni Ramma. Mereka adalah para pengunjung yang baru datang yang kungkin juga ingin melewatkan malam minggunya disini. Pukul 03:00 dinihari saya memasuki tenda untuk beristrahat. saya masih ingin melewatkan malam ini, tapi saya juga sadar kalau saya harus menyiapkan fisik untuk pulang pagi nanti.




         Saya terbangun sebelum pukul 06:00, tapi memilih untuk bermalas-malasan dalan tenda. salah satu teman langsung keluar dan menyiapkan kopi pagi. setelah kopinya siap, kami semua keluar tenda dan menikmati sunrise di Lembah Ramma. Matahari semakin jauh meninggalkan bukit, kami bergegas untuk packing dan selanjutnya berjalan pulang. kamipun sempatkan berfoto dengan meminta bantuan pada oraang-orang yang lewat. Perjalan kali ini cukup menantang, sebab kita harus menepaki medan dengan kemiringan hampir 90 derajat. Sayapun berbisik pelan pada kaki keseleo saya, bahwa kau harus kuat sebab nanti tidak akan ada bantuan kayu untuk mu. ini cara saya untuk menyemangati diri dan membangun mental. dalm perjalanan kami bertemu dengan 3 orag pendaki yang salah satunya adalah cewek. kami mengambil jalur yang sama, apalagi kalau buan jalur sapi, hehehehe. mereka memilih jalur ini karna alasan teman mereka cewek, sedangkan alasan kami adalah keadaan fisik. setelah lebih satu jam kamipun tiba di puncak Talung.


         Di Talung kami istrahat bersama sambil menggu waktu dhuhur  dan tentu saja kembali mengabadikan gambar. Pemandangn siang ini cukup indah karna matahari masih bersembunyi di balik kabut seperti sebelum-sebelumnya. cukup lama beristrahat, kamipun kembali pulang. kali ini tim kami bertambah 3 orang. Dalam perjalanan, kami sempat berhenti untuk mengisi perbekalan air. selanjutnya kami tidak beristrahat lagi hingga sampai di hutan pinus, titik awal pendakian. Di hutan pinus kami bercerita banyak dan tidak sungkan-sungkan meskipun kami baru pertema berjumpa. Ketika akan berpisah dan kembali ke basecamp masing-masing kami baru sadar kalau dari tadi kami belum berkenalan. Akhiirnya kami berkenalan dan saling bertukaran nomor handphone. kami semua berharap semoga bisa jalan bersama di pendakian berikutnya. inilah hebatnya berpetualang, kita bisa ketemu dan akrab denga teman baru meskipun kita tak pernah bertemu sebelumnya.
     
          Pukul 14:00 kami sudah tiba di rumah Tata Rasi, dan kemudian hujanpun turun. kami bersyukur karna hujan tidak turun ditengah perjalan. Tak lama setelah redah, kamipun pamit untuk kembali ke Makassar. disana teman-teman sudah menunggu cerita perjalanan kami denga wajah polosnya. ah, capek ini terasa hilang ketika bercerita tentang itu. Malamnya, saya pulang ke kontrakan dengan membawa impian akan kembali bertamu di puncak-puncak yang lain.

      

2 komentar:

  1. Keren Gan,.. Tallung itu selalu dirindukan,.. terutama pohon yang satu di puncak itu dan batunya itu, semakin gede yah

    BalasHapus
  2. iya bang. tallung memeang keren. tapi syg, sampah disana juga semakin menumpuk...

    BalasHapus